Anugerah HPI 2016, Bupati Lingga Bacakan Puisi "Mengadu Pada Presiden" - Perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) kembali digelar. Pada perayaan HPI tahun ini salah satu acara yang diusung yakni Anugrah HPI 2016, yang digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TMI) Jakarta pada Rabu (12/10/2016) malam. Dalam acara yang dihadiri oleh sejumlah tokoh ini di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, para sastrawan, seniman, dan peminat puisi, Bupati Lingga Alias Wello mendapat kesempatan dan turut tampil membacakan puisi karya pribadinya berjudul "Mengadu Pada Presiden".
Awe sapaan akrab Alias Wello, orang nomor satu di Kabupaten Lingga yang berjuluk Negeri Bunda Tanah Melayu ini mendapat keistimewaan untuk tampil dipuncak acara bersama sederet penyair ternama Indonesia.
Dalam penampilannya, seperti dikutip dari TERBILANG.co, Ia sedikitpun tampak tidak canggung melantunkan bait demi bait kalimat hati yang ia tuangkan dalam bentuk sair puisi. Ia tampil luwes, tenang dan sesekali berteriak lantang seolah seorang penyair yang telah menelurkan sejumlah buku.
Padahal, pencinta puisi karya-karya WS Rendra dan Chairil Awar ini sendiri baru pertama kali tampil di panggung akbar sekelas HPI. Namun, Awe mengakui, ia memang menaruh bakat penyair sejak kecil.
"Dulu zaman masih sekolah sampai kuliah, aku sering tampil membacakan puisi. Cukup sering lah mendapat peringkat terbaik," ungkapnya.
Di ajang peringatan Hari Puisi Indonesia ke 4 kali ini, Awe merupakan satu-satunya Bupati yang mendapat kesempatan berharga, tampil membacakan puisi karya pribadi di depan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Isi puisi yang ia tampilkan juga luar biasa. Mengandung makna dalam dan sindiran halus terhadap kritik sistem pemerintahan Indonesia. Awe tampaknya cukup pintar menyampaikan kemarahannya tanpa meninggalkan goresan hati pemimpin negeri.
Seperti beberapa kalimat dalam puisi yang ia bacakan dengan suara lantang, menggambarkan sulitnya daerah seperti Lingga ketika beberapa kebijakan sentralisasi menghilangkan sebagian kewenangan daerah.
"KINI PATEK MENYIMPAN RISAU
ULAH JAKARTA HANYA MENGAJAK KAMI BERHITUNG DENGAN KALI, TAMBAH, KURANG ALA KOMPENI
YANG TAK BERMAKNA APA APA
NEGERI TERKURAS SEMAKIN TERLINDAS
SEDANG KAMI TAK PUNYA LAGI OTORITAS
AMBOI…
ALANGKAH ANGKUHNYA KEKUASAAN ….!!!"
Bukan itu saja, Awe juga menggambarkan keunggulan Kabupaten Lingga, dengan nuansa sejarah negeri melayu kesultanan Riau Lingga, yang memiliki ratusan pulau yang kaya potensi, baik di darat maupun di lautnya.
Dalam bait tersebut, Awe mengajak Presiden RI meninjau negeri tempat lahir dan berpusatnya imperium melayu yang kini sedang menjadi salah satu daerah pengemban misi ketahanan pangan provinsi perbatasan Kepulauan Riau.
"AMPUN… PADUKA MULIA
NEGERI PATEK BERBILANG PULAU
TANAH HIJAU LAUT BERKILAU
IZIN PATEK BERSENDA GURAU
BERKENAN PADUKA PRESIDEN DATANG MENINJAU
MENGINJAK KAKI DI HALAMAN NEGERI
ANTARKAN PACUL BERTANAM PADI
AMPUN … PATEK YANG LANCANG DIRI
MENGHARAP BUDI PADUKA PRESIDEN LEBIH PEDULI
ALIF BA THA HAMPIR SELESAI
KERJA… KERJA… KERJA… TAKKAN PERNAH USAI
ANDAI PADUKA PRESIDEN MENGANGGAP CINCAI
PADA SIAPA LAGI ADUAN PATEK INI AKAN DISAMPAI?…"
Dia berharap, melalui puisi tersebut jerit kesusahan masyarakat Kabupaten Lingga sampai di telinga orang nomor satu negeri ini, dan menjadi atensi pusat untuk mendukung pembangunan yang diusung pemerintah daerah.
Ingin lihat penampilan Bupati Lingga Bacakan Puisi "Mengadu Pada Presiden" di Anugrah HPI 2016, seperti yang ditelusuri, silahkan kunjungi di tautan ini.