03/11/2017

Pesan-Pesan Perjuangan / Kata Mutiara Dari Para Pahlawan Nasional

Pesan-Pesan Perjuangan / Kata Mutiara Dari Para Pahlawan Nasional - Semangat perjuangan telah ditunjukkan para Pahlawan dan Pejuang dalam mengabdikan hidupnya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan tetap menjaga utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga semangat perjuangan tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk terus mengimplementasikannya dan saling bahu membahu dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan Indonesia sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan. Berikut merupakan pesan-pesan perjuangan atau kata mutiara dari para pahlawan nasional.

Pesan-Pesan Perjuangan / Kata Mutiara Dari Para Pahlawan Nasional

Pesan-Pesan Perjuangan atau Kata Mutiara dari Para Pahlawan Nasional

1. Pesan Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang :

"Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya".

(Disampaikan pada saat Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut/rakyat, akibat perlakuan kaum penjajah).

2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman :

"Tempat saya yang terbaik adalah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus".

(Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat sakitnya).

3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso :

"Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya".

(Pernyataannya sebagai seorang nasionalis dan patriot ).

4. Pesan Pahlawan Nasional Prof. Moh. Yamin, SH :

"Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri".

(Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, dimana ia menjabat sebagai sekretaris).

5. Pesan Pahlawan Nasional Supriyadi :

"Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi".

(Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang).

6. Pesan Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif :

"Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama".

(Disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi Wakil Ketua DPR seluruh Sumatera).

7. Pesan Pahlawan Nasional Abdul Muis :

"Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang".

(Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI ).

8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I :

- Rumongso melu handarbeni (merasa ikut memiliki)
- Wajib melu hangrungkebi (wajib ikut mempertahankan)
- Mulat sario hangroso wani (mawas diri dan berani bertanggung jawab).

(Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I ).

9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura :

"Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit".

(Disampaikan pada saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817).

10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare :

"Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku".

(Disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat / Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).

11. Bung Tomo :

"Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan".

(Pidato Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan)

"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga".

(Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)

12. Gubenur Suryo :

"Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali".

(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya)

13. Soekarno :

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya".
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)

"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka".
(Pidato HUT Proklamasi 1963)

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

"Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah".

14. Moh. Hatta :

"Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita".

"Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi".

15. R.A. Kartini :

"Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata "Aku tidak dapat!" melenyapkan rasa berani. Kalimat "Aku mau!" membuat kita mudah mendaki puncak gunung".

15. Ki Hajar Dewantara :

Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat)
Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)

(Semboyan yang diajarkan saat Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan).

Referensi : Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Pahlawan 2017